Laman

Rabu, 15 Januari 2014

Sang Penyulut Lilin Optimisme



  Duddy Abdullah



Sobat Birru, di ajaran agama kita dikenal amal yang tidak putus-putus ganjarannya. Ya salah satunya adalah ilmu yang bermanfa’at. Begitu pengetahuan yang dimiliki ditebar, banyak orang yang nantinya akan merasakan manis buahnya. Dan pastinya buah pengetahuan tersebut akan muncul terus menurus. Buah kebaikan yang hadir itulah yang nantinya akan membekali Sobat Birru semua di kehidupan selanjutnya nanti.
Maka tak akan ada ruginya Sobat Birru, kalu kita berbagai dengan sesama tentang apa yang kita tahu. Seperti Sobat Birru kita kali ini. Duddy Abdullah namanya. Pria lulusan strata satu University of Melbourne ini selalu mengkondisikan dirinya agar dapat menjadi seseorang yang memiliki impact bagi bangsa dan negara. Untuk itulah Duddy, demikian biasa disapa, mendaftarkan diri sebagai Pengajar Muda di Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.

Menurut mantan Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) 2007 ini, keterpanggilannya menjadi Pengajar Muda berkat “tantangan” yang disodorkan Pak Anies Baswedan. “Waktu itu Pak Anies bilang I can put you in Melbourne,  You’ll can survive, I can put you in Singapore, You’ll can survive. Now I wanna ask you a question, what do you know about your own country?” Kisah pria kelahiran April 1987 ini.
Dan akhirnya, Duddy pun menjadi Pengajar Muda Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar dan ditugaskan di SDN Paya Bakong, Aceh Utara dan SDN Karang Agung, Musi Banyuasin. Jadi Sobar Birru semua, Indonesia Mengajar adalah sebuah ikhtiar untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dengan mengirimkan pengajar-pengajar muda dan berprestasi ke daerah-daerah yang membutuhkan.

“Ada 3 alasan saya menjadi Pengajar Muda. Saya membeli visi utama Indonesia Mengajar untuk “mengembangkan pemimpin muda Indonesia yang memiliki Kompetensi Global dan Pemahaman Akar Rumput yang mendalam”. Kedua Pendekatan utama yang diambil oleh Gerakan Indonesia Mengajar yang selalu direiterasi oleh Ketua Gerakan kami, Anies Baswedan, “kita selalu memiliki dua opsi: menyumpah kegelapan atau menyalakan lilin.” Ketiga Menemukan serta menyebarkan kabar kepada Dunia bahwa mutiara-mutiara terpendam bertebaran di seluruh Indonesia dengan potensi yang siap untuk dipoles menjadi mutiara besar.

Setahun di Aceh, Duddy merasakan begitu banyak hal yang mengesankan. “Pengalam berharga dari Indonesia mengajar banyak sekali. Salah satunya aku lebih mengetahui the real Indonesia. Pengalaman berinteraksi dengan masyarakatnya juga luar biasa. Banyak menadapatkan sesuatu yang baru, itu menarik sekali” tutur Duddy.

Sampai saat ini Duddy masih berhubungan dengan “keluarga”nya yang berada di Aceh. Tampaknya visi merajut tenun kebangsaan dari gerakan ini sudah benar-benar Duddy rasakan. Pesan utama yang sering disampaikan pria yang sering bolak-balik Indonesia-Australia ini kepada anak didiknya adalah “Jangan sampai berhenti sekolah sampai kuliah”.

Perpisahan dengan anak-anak yang selama satu tahun diajarnya adalah hal yang sangat berat bagi Duddy. “Sebenarnya saya sudah cukup terlatih dealing goodbye. Karena ketika saya di Australia sering mengalami hal itu. Tapi seberapun terlatihnya saya, apalagi akalu anak-anak kelaur air mata, saya jadi terbawa.”
Optimisme harus tetap dinyalakan bagi negeri ini, meski itu hanya sebatas lilin. Permasalahan yang melanda negeri ini cukup sudah untuk dikutuki. Bagi Duddy dan mungkin juga Pengajar Muda yang lain yang terpenting adalah lighting the candle than cursing the darkness.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar