Laman

Rabu, 15 Januari 2014

Rumah Dunia dan Gempa Literasi





Ramadhan yang lalu, Lazuardi Birru menggelar seminar dan bedah buku di Aula Setda kota Cilegon. Acara ini juga merupakan kerjasama dengan Keluarga Mahasiswa Cilegon (KMC). Menarik rasanya menceritakan kembali hari itu. Di samping acara yang berjalan sukses, ada hal lain yang membuat Lazuardi Birru berkesan dan layak untuk Sobat Birru sekalian mengetahuinya.

Hari itu, beberapa komponen masyarakat Banten hadir dalam acara Lazuardi Birru. Salah satunya adalah dari komunitas Rumah Dunia. Sobat Birru semua sudah tahu atau belum Rumah Dunia? bagi yang belum tahu teramat sayang disayang. Rumah Dunia sudah masyhur namanya lho di tataran nasional maupun internasional. untuk itu kali ini, Lazuardi Birru ingin memperkenalkan kembali Rumah Dunia pada Sobat Birru semua.

Rumah dunia adalah dream comes true. Adalah Gol A Gong yang memimpikannya. Ia adalah seorang penulis yang memiliki nama besar pada masanya. Sekitar 125 novel dan ratusan skenario film telah Gol A Gong ciptakan. Pria kelahiran Purwakarta, 15 Agustus 1963, telah kehilangan tangan kirinya semenjak usia 11 tahun. Kecelakaan ketika sedang bermain yang membuat Gol A Gong harus rela diamputasi tangannya. Ayahandanyalah yang memberikan semangat pada Gol A Gong agar tidak larut dalam kesedihan dan melupakan kondisi bahwa dirinya cacat. “Kamu harus banyak membaca dan kamu akan menjadi seseorang dan lupa bahwa diri kamu itu cacat”.

Sebagai seorang penulis, Gol A Gong banyak meluangkan waktunya merefleksikan kehidupan sekitar, terutama masyarakat Banten. Ia merasa gelisah dengan keterpurukan di segala bidang yang mendera generasi muda sekitar. Akhirnya pada tahun 2002 Gol A Gong mendirikan sebuah lembaga sosial non-profit yang berorientasi pada pendidikan untuk anak-anak Banten.

Kampung Ciloang, Serang, Banten, dipilihnya menjadi lokasi Rumah Dunia. Waktu itu kampung ini memiliki posisi yang sangat ironis. Ciloang berada di dekat pintu tol Serang Timur dan diapit dua kampus besar, IAIN Banten dan Untirta, namun ironisnya masyarakat kampung Ciloang mayoritas berprofesi sebagai pemulung, tukang becak, pengamen, tukang asongan dan profesi-profesi menprihatinkan lainnya.

Salah satu strategi awal Gol A Gong dalam memperkenalkan Rumah Dunia adalah dengan merangkul jargon-jargon kebudayaan banten yang kemudian dimodifikasi. Banten terkenal dengan budaya persilatan atau jawara. Agar generasi muda terpikat pada dunia keilmuan, Gol A Gong menciptakan jargon-jargon seperti jawara literasi, simpan golok asah pena. Jargon-jargon ini dikemudian hari berhasil mengguncang Banten, seakan seperti gempa.

Kini Rumah Dunia sudah begitu harum namanya. Sudah begitu banyak generasi muda Banten khususnya yang berhasil dinaikkan derajat dan martabatnya melalui pembelajaran seperti kelas menulis jurnalistik dan sastra, pementasan teater, pembelajaran seni rupa hingga pembelajaran skenario dan program televisi.
Ketika Lazuardi Birru singgah di Cilegon pun bertemu dengan salah satu anak didik Rumah Dunia. Anna Khoirunnisa namanya. Menurut pengakuannya gadis ini sedang mengikuti kelas penulisan di Rumah Dunia. “Saya ingin menjadi penulis dan Gol A Gong adalah penulis favorit saya”.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar